Kamis, 31 Mei 2012

Selamat Ulang Tahun, Mama :)


Ma, selamat ulang tahun. Jujur, aku benci hari ulang tahunmu. 
Aku benci Karena tahu, kau makin tua. Aku benci kalau tahu, makin banyak helai uban di rambutmu. Tapi manusia memang begitu kan, Ma?
Ma, selamat ulang tahun. Maaf tidak ada yang spesial dariku. Maaf hanya buku (lagi) yang kuberikan padamu. Tapi aku berani sumpah, dan kau boleh tanya sendiri ke Tuhan, seberapa sering aku meminta Tuhan menjagamu di akhir dzikir shalatku.

Ma, tetaplah tersenyum. Aku  selalu jatuh cinta saat melihatmu tersenyum. 
Tetaplah mengklakson mobilmu untuk menandakan kami harus buka pagar dan mengambil tas kerjamu dari mobil. 
Tetaplah tawarkan punggung tanganmu untuk kucium sebelum berangkat kerja (itupun kalau kau belum lebih dulu berangkat ke kantor). 
Tetaplah bertanya ‘Pulang mko nak?’ setiap selesai kau jawab salamku saat sampai dirumah 
Tetaplah setia mendengarkan cerita tentang hari-hari yang baru saja kulewati. 
Tetaplah tersenyum saat aku melawak. 
Tetaplah mengangguk saat kuceritakan sesuatu yang baru saja kau tahu. 
Setelah semua aktivitas melelahkan, tidurlah. Tak perlu menungguku karena kadang ada yang membuatku tertahan hingga larut di luar rumah.  

Tapi Ma, tetaplah masuk ke kamarku di tengah malam, melihat apakah aku benar-benar terjaga dari tidurku atau tidak.
Dan tetaplah membuka pintu kamarku di subuh hari, hanya untuk menandakan bahwa kau telah bangun sembari menyinggungku untuk bangun dan mendirikan sholat subuh yang sudah terlalu terlambat.

Ma, jangan jauhkan telapak kakimu dariku, karena disitulah surgaku.


Ma, selamat ulang tahun, walaupun aku benci hari ulang tahunmu. Sebenci aku melihatmu bersedih, termenung bakan menangis dengan semua beban di kepalamu. 
Ijinkan aku menemani air matamu, seperti bagaimana setiamu menjagaku dari kenakalan, minuman keras, asap rokok, narkoba, dan berbagai hal yang tidak baik di dunia ini, walau terkadang kau memang tak sanggup menangani ini, bahkan kadang kenakalan yang kucari sendiri. 
Tetaplah marah saat aku salah, agar aku tahu engkau masih memperhatianku. 
Tetaplah bertanya, ‘Kenapa belum pulang?’ saat malam sudah tak mampu kau tolerir. 
Tetaplah jadi perempuan yang paling kusayang, Ma. Perempuan yang selalu kudoakan. 
Perempuan yang paling kucari setelah pulang kerumah. 
Perempuan yang mampu membuatku bersikeras tidak berpetualang terlalu jauh dari rumah. 

Itu karena aku menyayangimu, Ma. Bukan hanya karena kau ulang tahun. Walaupun aku tak pernah se-lebay ini. 

Selamat ulang tahun, Mama. Walaupun sebenarnya aku benci hari ulang tahunmu. Demi Allah, aku selalu sayang padamu.

Selasa, 22 Mei 2012

Jogja itu Sheila on 7, Sheila on 7 itu Jogja...


Saya tidak perlu pakai permulaan cerita. Takut semua memori tentang serunya Jogja keburu hilang di kepalaku. Intinya tujuan saya berangkat yang paling utama adalah untuk lihat Kakak-kakak saya di Sheila on 7 manggung di konser ulang tahunnya yang ke-16.




Hari pertama.
Sampai di Jogja setengah 9 malam, ternyata bis Trans Jogja sudah tidak lewat lagi. Saya dan Titah terpaksa naik taksi untuk nyambung ke Malioboro. Sampai di Malioboro (setelah diantar tukang taksi penipu), kita sempat bingun cari penginapan. Tapi akhirnya dapat di kawasan Sosrowijayan. Taruh barang sebentar, kita pergi makan dan keliling-keliling Malioboro. Bukan norak, tapi saya memang suka sekali tempat ini. Terakhir kesini 2009 sama teman angkatan. Tidak banyak yang berubah.


Ciyeee Titaah fotonya keren ciyeee...


Sambil menunggu Kak Irwan, kita makan gudeg di pinggir Malioboro (dan kena tipu lagi. Tipu kemahalan).tidak lama Kak Irwan datang, menawarkan berbagai altenatif destinasi (yang semoga tidak banyak menguras rupiah). Selesai makan, kita lihat nol kilometer, lanjut 10 menitan ke Alun-alun, lalu istirahat.


Nol Kilometer. All taken by @titahtaro

Alun-Alun. Sudah mengantuk sekali waktu itu.


Hari kedua.
Kita keluar ke jalan mulai jam 10 pagi. Keliling Malioboro lagi, terus ke Shopping Center belakang Beringharjo untuk lihat surganya buku. Betul, ini surganya buku. Saya sampai bingung mau beli buku apa. Atau beli tesis saja? Jangan. Saya beli novel saja. Nanti kalo sudah waktunya baru beli tesis (loh?).


Pasang gaya kutubuku sejati. Padahal aslinya pembaca komik dengan cerita ringan.


Selesai dengan gudang buku, komik dan majalah, kita salto sedikit ke Beringharjo. Cari beberapa lembar oleh-oleh untuk orang rumah. (Terima kasih untuk beberapa website yang sudah saya kunjungi sebelumnya, yang sarankan saya untuk menawar sadis di Beringharjo). Lanjut ke Mall Malioboro untuk ngadem sama frozen yoghurt, sekalian beli beberapa donat buat jenguk Mbak Mutia nya Kak Irwan. Tapi si Titah daritadi mauu sekali ngajak ke rumah makan Raminten. Apa itu?

Yak, rumah makan Raminten ternyata keren. Susah dijelaskan. Intinya suasananya khas Jogja, cewek-cewek pelayannya pake kemben, dan lebih seru lagi.. gelasnya. (saya takut posting gelasnya, nanti blog saya diblokir)

Nasi kucingnya Titah

Nasi gorengku

Tempe goreng kita berdua


Ayo tinggalkan Raminten dan gelasnya. Sekarang jenguk Mbak Mutia. Kondisinya sudah lumayan membaik. Kita dipinjamkan motor sama Kak Irwan demi ke OB (yang itu, toko yang jual banyak merek-merek keren dengan harga miring) yang bikin saya nekat kesana tanpa arah. Untungnyaaa, masbro saya dari Perdos, Muhammad Nizam Yunus datang sebagai penyelamat. Dia sukses jadi penunjuk arah ke OB. Sekedar tips, jangan kalap lihat barang-barang di OB. Saya hampir kalap. Untung satu kemeja jeans sudah bikin dompet saya bilang ‘Bro, sudah ya Bro. Nanti pulangnya pake apa?’. Sebagai tanda terima kasih, saya mentraktir Nizam untuk makan Hoka-hoka Bento (untuk pertama kalinya buat saya) (dan ternyata pertama kalinya juga buat Nizam). Habis antar motor dan terima kasih sama Nizam, kita ketemu rombongan Fandy, Eno, Yus dan Lia yang baru sampe. Kita dijamu kopi luwak di rumah Bibi nya Eno. Segelas cukup, kita pulang istirahat.

Beginian isinya OB. Dijamin murah bro!

Thank you, Icam !!


Hari ketiga.
Concert day. Saya sudah tidak sabar diservis tiga jam sama Sheila on 7. Tapi kita harus check out dulu, pindah ke penginapannya Fandi yang lebih dekat dari bandara. Taruh barang, terus habis jumatan saya pergi tukar tiket. Calon penonton membludak. Siapa yang tidak mau nonton SO7 tiga jam?

Aku siap, aku siap, aku siaap!!

Dapat tiketnya, saya pulang dan istirahat. Kita berangkat ke Grand Pacific habis magrib. Sudah lumayan rame, hujan pula. Huft kan.. Untung ambil tiket VIP (perbaiki kerah baju) jadi antrian tidak terlalu panjang. Niat  dokumentasikan SO7 dari dekat juga kesampaian karena surat ijin dokumentasi dari kantor (Sekali lagi terima kasih, Pak Muhaimin. Saya bisa lihat dan foto band kesayanganku dengan jarak super dekat karena tanda tangan ta).

Bukan, yang baju merah itu bukan Duta. Itu saya.
Gelang hitam itu Media ID. Makasih Pak Muhaimin. :)

Sheila on 7 betul-betul keren. Tiga lagu, tiga sesi (akustikan, full band, dan kolaborasi satu gitar dimainkan tiga orang ; Adam metik bass, Eross main melody, Brian pukul-pukul bodi gitar jadi gendang). Saya bisa menyanyi sepuasnya. Bahkan lagu-lagu yang jarang dibawakan seperti Tentang Hidup, Seandainya, Mari Bercinta, Brilliat, dibawakan dengan keren. Suara saya serak. Tidak salah Kak Duta bilang bgini :

“Alasan kenapa kita berani main tiga jam, karena kita punya backing vocal terseru sepanjang masa!!'

Penonton histeris. Berhubung saya juga penonton, saya juga histeris.

Acara ditutup dengan tiup lilin sama Anak Istri masing-masing. Melompat Lebih Tinggi sama Kisah Klasik Untuk Masa Depan jadi lagu andalan terakhir. Foto-fotonya tidak bisa saya posting sembarang karena hak ekslusif SO7. Foto-foto fans beratnya saja, gmana?

Prikitiiw..
Muka-muka orang puas.

Pulang, istirahat, terbang kembali ke Makassar. Kembali menabung. Masih banyak tempat yang mau saya kunjungi.




Senin, 21 Mei 2012

Awal Mei di Bulukumba


Sebenarnya saya sudah pernah ke Bira, tahun lalu waktu liburan sama teman-teman Percetakan Bintang. Tapi saya lebih tertarik sama ajakannya ke Kajang, salah satu kawasan dengan adat istiadat yang kental di pedalaman kampung Bapak saya, Kabupaten Bulukumba. Cuma dua hal yang saya tau tentang Kajang ; Semuanya baju hitam, dan disana tidak ada listrik sama sekali. Jam 8 pagi di hari Jumat, (4/5) Saya, Ilham, Opi, Tinus, Indah, Rahma dan Anita berangkat. Kami sudah siap dengan baju hitam-hitam, lengkap dengan perlengkapan mandi-mandi di Tanjung  Bira.

Calisto7 in Black

Perjalanan yang saya kira Cuma 4 jam, ternyata makan waktu sampe 10 jam. Capek memang, jalanan di Jeneponto juga rusak parah. Kita tiba disana sekitaran jam setengah 6 magrib. Sudah lumayan gelap di sana. Saya baru tau, Kajang secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kajang luar yang masyarakatnya sudah mulai mengenal listrik walaupun hanya sebatas menerangi malam dengan lampu, dan Kajang dalam, yang biasa disebut Kawasan Ammatoa (Pemangku Adat) yang memang tidak ada listrik sama sekali, dan adat istiadatnya masih sangat kental. Perjalanan dari perbatasan sampai masuk kawasan Ammatoa kurang lebih seperti dari depan Perdos sampe dalam rumahku, yaah satu kilometer lah.

Kenapa saya paling belakang? karena bawaanku berat bro..

Kami memang berencana mengunjungi Ammatoa, sekedar bercengkrama dan melihat Ammatoa itu seperti apa. Wajar, Ammatoa itu orang nomer satunya Kajang. Bahkan kita tidak boleh ambil fotonya dan gambar rumahnya dari dalam. Sampai di rumah Ammtoa, kita disambut hangat sama Ambo (istrinya Ammatoa). Ammatoa juga dengan ramah menyambut kita. Baru masuk, aura beliau sudah terasa sekali. Wibawanya, gaya bicaranya, pantas dia jadi Ammatoa. Saya yang notabene pelawak, sepertinya tidak punya wibawa seperti itu.

Beliau tipe orang yang tidak mau terlalu banyak bicara kalau tidak ditanya. jadi, dia hanya menjawab apa yang kita mau tau. Ketika yang lain sibuk bertanya dan ngangguk-ngangguk dengar penjelasan Ammatoa. Saya baru sadar disini tidak ada WC. Tolong baca baik-baik, disini tidak ada WC. Hanya ada tempat pipis yang terbuka. Thanks God I am a man. Tinggal nyudut rapat-rapat, cussss... selesai perkara. Makanya Ilham sudah wanti-wanti, kalo mau pup atau sebagainya, sebaiknya dilakukan sebelum masuk Kajang. Atau kau bakal punya pengalaman pertama pup dan disaksikan live sama warga Kajang.

Kita tinggalkan Riri yang pipis tanpa pintu. Cerita di dalam semakin seru. Saya ceritakan sedikit ya, baca baik-baik. Kami seakrab ini karena Ilham pernah bikin film dokumenter untuk skripsinya, tentang Pasang Ri Kajang. Pasang Ri Kajang kurang lebih bercerita tentang adat istiadat yang dianut warga Kajang. Hal lain yang saya tau itu, mereka itu punya semacam menteri di bidangnya masing-masing. Misalnya ada yang bertanggung jawab masalah perikanan, perkebunan, juru bicara, dan lain-lain. Total ada 26 orang dengan tanggung jawab masing-masing.

Tidak terasa ceritanya, langit sudah gelap, semua jendela dan pintu sudah ditutup rapat, hampir tidak ada celah. Cuma ada beberapa obor dari bahan karet yang bikin malam jadi makin seru, sambil bercerita dan belajar sedikit-sedikit bahasa Konjo, bahasa warga kajang sehari-hari. Saya sempat temani Ilham ke mobil untuk ambil barangnya yang ketinggalan. Kajang memang keren di malam hari. Suara jangkrik, cahaya bulan, gemercik air sungai, tentram sekali. Semua buyar pas ada anjing yang menggonggong dan disahut satu sama lain, saya mulai dzikir.

Kembali ke rumah Ammatoa, si Nita, Rahma dan Indah mulai masak. Kami disajikan bebrapa makanan pembuka khas seperti kue cucur, uhu-uhu (semacam gula merah yang dibikin jadi jaring), dan sokko’ atau songkolo sambil menunggu makanan jadi. Kami Cuma makan Indomie waktu itu, tapi serunya minta ampun. Yang lebih seru lagi karena ini pertama kalinya saya makan Indomie dan nasi tanpa sendok. Sangat krik. Selesai makan, jam 9 kita semua sudah tidur. Semua obor dimatikan. Saking gelapnya, bahkan saat kita buka mata dan tutup mata, gelapnya hampir sama.

Kami pamitan ke Ammatoa jam 7, destinasi berikutnya ke Bira. Kita sempat singgah dulu di Kajang luar, di rumah anaknya Ammatoa. Sekalian habis ngantar Ambo ke pasar. Agenda Kajang selesai untuk hari itu, kita ke Bira.

Di perjalanan, kita mau singgah sarapan, dan ternyata ada kuliner unik. Namanya Bakso Tinju. Iya, baksonya sebesar kepalan tinju. Enak.


Ada yang bisa makan sekali lahap? mungkin cuma Hulk

Lumayan jauh ternyata dari Kajang ke Bira. Hampi 2 jam lebih. Kami tiba agak siang, tapi tidak terasa karena mendung. Tapi semuanya terbayar sudah sama pasir putih dan beningnya air laut di sana. Jalan-jalan di pasirnya bikin kita serasa Westlife di ‘If I Let You Go’ atau Rio Febrian yang ‘Jenuh’. Disaat yang lain main-main pasir, saya lebih prefer snmorkling. Sayangnya saya tidak bisa jauh-jauh, padahal Ilham bilang kalau agak jauhan kita bisa liat ikan-ikan. Tapi karena saya ini manusia darat dan diciptakan dengan keahlian berenang dibawah rata-rata, saya takut bukan ikan yang saya liat kalo makin jauh, malah malaikat pencabut nyawa. Agak aneh memang snorkling di dasar pantai. Tapi ini lebih seru daripada main pasir menurutku.




Bira memang cantik, tapi saya memang tidak terlalu suka sama pantai. Hanya 2 jam di laut, saya bersih-bersih. Kami tidak langsung pulang, tapi singgah di Tanaberu, tempat orang membuat kapal. Sayangnya belum ada yang order Black Pearl.


Hari sudah sore pas kita sampai di Kajang. Hari ini kita Cuma nginap di Kajang luar, di rumah anak Ammatoa. Sudah ada lampu, tapi masih tetap tanpa WC. Malam itu cuma dihabiskan dengan istirahat. 



Besoknya jam 6 subuh kita tinggalkan Kajang. kami tidak berhenti berterima kasih. Seru sekali. Kalau ada rejeki dan kesempatan, saya masih mau kesana lagi. Beberapa jam kedepan, kita sudah kembali bertemu dengan sinyal, polusi, macet, WC, dan semua hal-hal yang biasa saja dan tidak ada di Kajang.

Jumat, 11 Mei 2012

Liverpool 2012-2013 New Jersey, Sponsored by Warrior


Saya sempat ngetwit sama salah satu akun fans Liverpool tahun lalu, untuk sekedar bertanya bagaimana jersey baru Liverpool musim 2011/2012. Ternyata tidak ada perubahan dari jersey 2010/2011, yang beda cuma jersey away nya. Yang bikin kaget, ternyaya jersey itu bakal jadi jersey terakhir Liverpool dengan Adidas.

Adidas berhenti jadi sponsor Liverpool, karena dalam beberapa tahun terakhir Liverpool belum bisa bawa gelar apa-apa. Nah Adidas merasa rugi. Makanya mereka menarik diri jadi sponsor jersey Liverpool.


Dadaaaah, Adidaaaas..

Tapi Liverpool tidak patah hati Bro. Mereka sudah ditunggu sama apparel dari Amerika. Namanya Warrior. Agak asing kedengaran? Iya, Warrior itu kebanyakan dipake sama tim-tim hockey, football sama rugby. Mungkin ini proyek pertama mereka dengan tim sepakbola. Bayarannya? Jangan ditanya. tapi karena ada yang bertanya, saya jawab. Jadi, Warrior resmi kontrak Liverpool sampai 2018, dengan biaya kontrak pertahun 26,3 juta Poundsterling (Nda tau berapa uang seribu rupiah itu). Lebih dua kali lipat dari kontrak Adidas yang cuma 12 Juta Pounds pertahun. Ini kontrak jersey paling mahal di dunia. Mantap toooh? Liverpoooooll.....

Sejak isu ini keluar, banyak sekali spekulasi jersey Liverpool versi Warrior beredar di internet, mulai dari yang keren sampe yang tidak masuk akal.
Tapi akhirnya Jumat (11/9) Liverpool resmi keluarkan desain terbaru mereka. Here it comes...
Beberapa kesottakan yang muncul


Dan, beginilah desain yang resmi dari Warrior, pemirsa!!



Model yang resminya seperti ini..

Kembali ke logo LFC yang dulu

Ini Hillsborough flames yg pindah ke kerah bagian belakang baju

Kalo Kiper nya warna hijau..
Makin klasik, makin simpel, makin kereeen..

 Mantap toh?
Iya, ini salah satu desain Liverpool terkeren yang pernha saya liat. Semoga dengan jersey baru, kita punya semangat dan kekuatan baru buat dapat trofi baru di musim baru tahun depan.

Selasa, 08 Mei 2012

Liverpool campaign - Seeing Is Believing


Waktu nonton Liverpool lawan Chelsea subuh tadi (8/5), ada yang lain di jersey mereka. Biasanya sponsor utama tertulis “Standard Chartered”, tapi sekarang sponsor depannya “Seeing is Believing”. Saya pikir Liverpool sudah ganti sponsor. Memang kan biasanya kalo laga terakhir kandang, ada yang spesial. Mungkin yang spesial selain ganti sponsor dari Adidas ke Warrior yang saya pikir sudah dipakai malam tadi, sponsor depannya juga sudah ganti.

Tapi ternyata tidak. Liverpool dan sponsornya, Standard Chartered punya semacam kampanye sosial baru, yaitu semacam dukungan dan bantuan terhadap para penderita cacat mata atau buta di seluruh dunia. Keren.


 Agak lain kan??


 Skrtel dan Gerrard membuktikan kalo 'tidak melihat' itu tidak enak




“It’s in our power to eliminate 80% of blindness. However, 39 million people around the world remain blind. Helping individuals to see again transforms not just their own lives but also the lives of all those around them. Restoring someone’s sight gives them economic independence and frees them from a life of dependence. Standard Chartered, through Seeing is Believing, is committed to continuing the fight against avoidable blindness. By 2020, we intend to raise a further USD60 million to further extend access to eye-care to many more people across our footprint in Asia, Africa and the Middle East,” explains Richard Meddings, Standard Chartered Group Finance Director and Chairman of Seeing is Believing.

Siapa yang tidak mengerti? Sini saya kasih tau. Jadi bgini, yang punya Standard Chartered itu merasa perlu membantu para anak-anak penyandang cacat mata yang jumlahnya puluhan juta di dunia. Jadi menurut situs yang saya baca (karena bahasa Inggris jadi agak spek-spek juga saya jelaskan), program Seeing Is Believing ini semacam gerakan sosial Standard Chatered untuk para penyandang cacat mata di dunia, salah satu caranya yaitu melelang jersey langka Liverpool (yang memang Cuma akan dipakai sekali saja lawan Chelsea kemarin) dengan sponsor depan Seeing Is Believing yang dananya akan dipakai untuk membantu penyandang cacat mata. Dari 39 juta penyandang cacat mata yang ada di dunia, saat ini Standar Chartered dan Liverpool sudah berhasil menyembuhkan 2,8 juta orang melalui Seeing Is Believing ini. Saya jadi makin suka sama Liverpool.