Senin, 20 Mei 2013

Goodbye, another no.9 ..

Sejak kerja di PSM, saya jadi merasa begitu dekat dengan hampir semua pemain dan manajemen. Mereka yang biasanya hanya saya lihat di koran sekarang malah saya yang kadang menjemput mereka di ruang ganti untuk memberitahukan kalau sudah waktunya konfrensi pers.

Suatu hari, PSM sukses menang besar 5-1 lawan PSIR Rembang. Hebatnya, striker asing andalan saya Ilija Spasojevic bikin quattrick (cetak empat gol) di laga itu. Satu hal yang mungkin baru pertama kali saya lihat ada pemain yang cetak empat gol sekaligus di satu laga.



Semudah itu memang dekat dengan striker andalan. Mari sejenak melupakan mimpi bertemu para striker bernomer punggung 9 lainnya ; Torres, Vucinic, Ronaldo, Cristian Gonzales dll. Saya merasa hebat sendiri bisa dekat dengan salah satu striker bernomer punggung 9 andalan di PSM ini. What a pride.

Kalah lawan Semen Padang, plus hanya cetak satu gol penalti mungkin jadi gambaran melempemnya Spaso akhir-akhir ini. Saya yang sering duduk di VIP utama tidak jarang mendengar cemoohan 'duelko Spasooo!' atau 'Kenapa malas sekaliko goyang Spasooo?!', dan berbagai teriakan lainnya. Mungkin saya pikir ini hal yang wajar untuk seorang striker yang idealnya harus cetak gol banyak, tapi terlihat kurang kontribusi di lapangan.

Siang itu saya baru pulang dari Kab.Bantaeng, sedang berusaha tidur siang. Tiba-tiba atasan saya, Kak Wina bbm : "Spaso pindah klub". Yak, saya sukses galau pemirsa. Mungkin ini agak klasik, tapi saya merasa kalau saya paling mimpi siang bolong. Tapi tidak. Doski betul-betul minggat. Saya langsung coba cari-cari di internet soal isu kepindahannya. Betul saja, bahkan di Wikipedia dia sudah resmi jadi pemain Mitra Kukar.

Resmi pakai nomer 87 di Mitra Kukar

Sakit memang. Ini hampir sama seperti waktu Torres memutuskan untuk pindah ke Chelsea. 
"Bukanji Spaso yang kupikir ini, tapi PSM nya". Itu yang atasan saya bilang. Iya sih, kalo boleh jujur, di line up PSM sekarang belum ada target man yang bisa kita sandingkan kontribusi dan kapasitasnya dengan seorang Spaso. Untuk mengejar jatah 4 besar dalam unifikasi liga, memang terasa semaikin berat tanpa Spaso. Untuk beli striker baru, bagaimana? Entahlah, saya tidak bisa menjawab yang ini.

Berat memang kehilangan striker andalan. Mungkin jadi tidak seru kalau nonton dan tidak melihat pemain pirang bernomer punggung 9 yang babak pertama pake Adidas Predator hijau stabilo dan babak kedua berganti Adidas Predator Lethal Zones merah-hitam lagi. Tidak ada lagi teriakan keras dari Coach Petar "Spaso! Maju!" dari pinggir lapangan. Mungkin saya dan para pecinta Spaso lainnya hanya bisa melihatnya dari layar kaca di laga para laki. Halah.

Entahlah, but I'm gonna miss you, Spasogol. Berat memang. Terlebih lagi melihat tulisan perpisahanmu di media.


Rekan-rekan suporter tercinta,
Saya tidak pernah membayangkan bahwa saat ini akan datang sangat cepat.
Kalian semua selalu mendukung saya untuk menjadi legenda di PSM dan meraih kesuksesan besar di klub bersejarah ini. Saya tidak akan pernah melupakan itu.
Sayangnya, semuanya tidak sesuai dengan kenyataan.
Setelah berdiskusi panang dengan manajemen, saya akhirnya memutuskan untuk menandatangani kontrak dengan Mitra Kukar.
Kontrak saya akan berakhir pada 31 Juli 2013 dan sampai sekarang saya belum menandatanganinya karena kesulitan keuangan pada PSM. Artinya, jika saya tetap tinggal, akan ada kemungkinan mulai 1 Agustus nantisaya tidak akan punya klub. Kondisi ini sangat berat karena saya sangat mencintai PSM.
Saya berharap kalian semua memahami keputusan saya. Mitra Kukar saat ini merupakan salah satu klub dengan manajemen paling teratur di Indonesia. Jika ada yang berpikir saya pindah hanya demi uang, maka saya harus mengingatkan kalian betapa banyak klub yang sudah saya tolak selama ini demi PSM.
Saya ingin membuat kalian percaya bahwa saya telah berusaha membawa kebahagiaan bagi kalian semua. Total gol saya selama di PSM adalah 19 gol dari 29 pertandingan. Saya selalu yakin saya akan mencetak lebihbanyak gol. Namun, jika saya membuat kalian semua kecewa, maka dengan ini saya minta maaf.
Saya mencintai kalian semua dan tentu saja saya akan merindukan spirit dan motivasi kalian.
Saya berharap semoga kalian tetap mendukung saya di mana pun saya bermain nanti, dan sebaliknya. Saya akan selalu mendukung PSM dan suporter fantastisnya.
Harapan saya, semoga sebelum saya pensiun dari sepakbola nantinya, saya masih punya kesempatan untuk memakai kembali seragam PSM dan merasakan kembali atmosfir stadion kalian.
Maka dari itu, jangan dulu kita ucapkan salam perpisahan.  Melainkan, sampai bertemu lagi.
Terima kasih atas segalanya.
Illija Spasojevic



Sampai ketemu lagi, Spaso. Semoga kau makin hebat di klub barumu.
Salam, idolamu.
Riri.