Selasa, 02 April 2013

Kencan Pertama Bersama Seli


Perkenalkan, namanya Seli. Singkatan Sedan Kacili (Kacili dalam bahasa Gorontalo artinya 'kecil'). Ini Honda Corolla KE30 tahun 1976. Saya adalah pemilik generasi ketiga mobil ini setelah Alm.Opa saya, lalu sempat di tangan Om saya, dan sekarang mendarat dengan banyak perbaikan di tangan saya.

Mobil ini sebenarnya sudah ada di rumah saya sejak awal Maret kemarin, cuma masalahnya masih banyak yang harus saya perbaiki. Wipernya tidak jalan, remnya tidak pakem, sobrekernya sudah kalah, setirnya tidak lurus, sampai ribennya yang sudah mulai mengkerut. Yang paling repot ya jelaslah karena wipernya rusak. Bayangkan kalo saya lagi nyetir terus hujan terus wipernya rusak, masa harus berteduh? Mobil ini memang terlihat hampir tidak terawat. Tapi bagaimanapun, mobil ini punya sejarah dan kenangan yang kuat, yang harus diteruskan di tangan saya.

Alhasil setelah diperbaiki sambil mencari sparepart ke barat bersama Sungokong selama dua bulan, dan menghabiskan dana yang bisa bikin saya punya satu BB lagi, akhirnya mobil ini siap jalan. Wiper, oke. Rem? Pakeem. Tinggal riben yang belum dipasang. Yaa it's okelah. Belakangan itu.

Jumat (29/3) adalah perjalanan perdana saya dengan Seli ke kota. Waktu itu saya disuruh ambil kaos di daerah yang lumayan jauh sebagai tugas perdana di tempat kerja baru. Matahari memang cuma satu waktu itu, tapi panasnya seperti ada yang yasinan di belakangku. Pas mau nyalakan AC nya (iya ini sudah dipasangkan AC sebelumnya). Eh eh eh ternyata freonnya belum diisi pemirsa. Mobil ini punya selera humor yang tinggi. Pas musim hujan, wipernya rusak. Wiper diperbaiki, eh musim panas datang. Musim panas datang, eh AC nya rusak! Innalillah. Saya hampir jadi Riri kukus di mobil yang AC nya tidak nyala dan sengatan matahari yang terasa 100% karena ribennya tidak ada.

Sampai di kantor, saya ngadem sengadem-ngademnya. *lihat perbuatanmu, Seli!* Baju saya basah penuh keringat, peluhku mengalir deras tanpa henti, aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan lu.......ah apa ini? Sudah malam rupanya, sudah waktunya saya dan Seli pulang. Mengistirahatkan 'si rewel' ini sambil mencari tahu tempat mengisi freon AC langganan pemilik sebelumnya. Untungnya sudah malam, matahari memang sudah tidak ada lagi, tapi Seli sukses bikin darah saya naik sekali lagi. You know what? Saya dibikin panik dunia akhirat karena LAMPUNYA TIDAK MENYALA, BUNG!! aarrgh apa maunya ini mobil? Okelah kalo kantorku di daerah dekat rumah, ini di kawasan GTC Tanjung Bunga meen! Bayangkan jauhnya dari Tamalanreaaa. Belum jalanan lubangnya, ribennya yang sudah berkerut, sukur kalo tidak ditilang. Dengan segala kepasrahan dan keikhlasan hati, saya pulang dengan lampu yang tidak menyala. 

"Perjalanan ini terasa sangat meletihkan~"
Beberapa kilometer setelah dari kantor, entah kasihan atau bagaimana, headlamp nya Seli tiba-tiba menyala sendiri. Hebat sekali. Ini seperti mukjizat. Kenapa tidak sering-sering saja kasih mukjizat heh? Yasudah, nyetirlah saya kerumah dengan keadaan lampu yang sudah menyala dengan terangnya yang mampu menerangi gelapnya hatiku.

Cepat sembuh, Seli. Kamu itu mobil keren. Banyak yang jatuh cinta. Jadi mobil 'cool' dikitlah...