Kamis, 03 Maret 2011

Indonesia, surganya sinetron..


Indonesia. Iya, ini Indonesia, Bapa. Orang memang sering bilang kalo Indonesia itu negara yang kaya raya. Koruptor nya kaya, Gayus nya kaya, dan satu yang terkenal kaya di Inodonesia. Sinetron.

Betul, pemirsa. Sinetron menjadi sebuah konsumsi rutin masyarakat Indonesia jaman sekarang. Bagaimana tidak? Berapa banyak suami yang terlambat jam makan malamnya karena sang istri menunda masaknya demi menunggu sang Putri Yang Ditukar? Bagaimana si pembantu menunda – nunda menyetrika pakaian dinas majikannya demi melihat Fitri yang sibuk menghindari niat jahat Misca? *wah saya ternyata lumayan banyak tau juga*

Ada beberapa hal yang membuat saya mengangkat isu sinetron di postingan kali ini.

Pertama, jam tayang sinetron memang paling strategis. Maceku pernah batal pergi ke acara nikahan gara – gara nonton iklan Putri Yang Ditukar dan ada statement Nikita Willy “saksikan Putri Yang Ditukar, akan ada rahasia besar yang terungkap” sambil akting nangis yang nyaris sempurna. Ditambah tagline dibawah iklan dengan tulisan besar “IKLAN MAKIN PENDEK’.. aneeh. Kemana semua para pemilik perusahaan yang mau iklankan produknya? Atau jangan – jangan tawaran pemasangan iklan mereka ditolak? Jadi mungkin negosiasinya jadi seperti ini:

Pemilik iklan : “Pak, saya mau masang iklan saya di TV Bapak, kira2 berapa Milyar yah kalo saya masangnya di waktu penayangan Putri Ynag Ditukar?”

Pemilik TV : “Waah nda bisa Pak. Ada rahasia besar yang bakal terungkap di sinetron itu. Tanya saja Nikita Willy”

Keadaan hening. Pemilik iklan pulang.

Saya juga kurang mengerti kondisi seperti ini.

Kedua. Sinetron memang berhasil menjangkau semua jenjang sosial masyarakat. Mau itu pembantu, Ibu rumah tangga, Profesor, pemain bola, bahkan supir pete2 juga ada yang suka sinetron. Satu contoh misalnya, pembantu saya. Dia itu sinetroners, pemirsa. (iya, keren kali ya kalo namanya sinetroners. Lebih gimanaa gitu). Mungkin kalo ada fan group sinetron, pembantu saya sudah jadi panitia inti. Hmm, dia itu punya cara kreatif untuk nonton. Sinetron. Di kamarku memang ada TV 14 inci, dan biasanya dia tidak berani nonton di ruang tengah. Jadi biasanya kalau jam sudah menunjukkan waktu diputarnya sinetron, dan saya mau keluar. Dia biasanya langusng melobi. “Ri, mauki keluar? Boleh nonton sinetron dikamarta? Nanti saya bersihkan”. Licik memang, tapi itu sebuah simbiosis mutualisme menurut saya. Penasarannya akan Putri Yang Ditukar hilang, dan kamarpun bersih. Saran saya, carilah pembantu seperti ini.

Seperti yang saya bilang tadi, sinetroners itu mencakup semua lapisan masyarakat. Teman saya, laki – laki, yang bahkan sebaya ternyata mengikuti sinetron. Waktu saya kerumahnya, waktu itu kita diservis nasi goreng. Pas lagi ngambil nasi, ternyata teman saya lagi serius nonton sinetron. Bahkan dia bilang “edd pura – pura ji ini nangis pasti. Mauji dia alihkan perhatiannya itu yang tadi supaya lolos”. Saya nda ngerti dia bicara apa. Betul – betul pembicaraan diluar sepengetahuan saya.

Ketiga. Sinetron berhasil mengalihkan dunia seseorang. Membuat mereka mungkin bisa sedikit melupakan dunia nyata. Bahakan cenderung menjadi egois. Saya pernah nonton siaran jalan – jalan di sebuah TV swasta yang menceritkan kesuksesan orang Indonesia di negara luar. Saya waktu itu sms teman saya untuk nonton acara yang sama. Tapi apa balasan smsnya? “Tidak bisa, Ri. Orang – orang dirumahku nonton sinetron Amirah. Tidak bisa diganggu”. What the..

Keempat, durasi sinetron. Pemirsa, kalian boleh sekali – sekali (kalo kurang kerjaan) nonton lah sinteron, pasang timer, dan lihat berapa lama durasi sinetron. Setahu saya, sinetron sekarang itu mainnya kurang lebih 2,5 jam. Gila kan? Harry Potter saja butuh waktu setahun untuk nonton sambungan Deathly Hallows dengan durasi 2 jam, tapi lihat sinetron. 2,5 jam tiap hari, dan iklan yang katanya lebih sedikit. Bayangkan betapa hebatnya kejar tanyang sinetron. Saya bahkan pernah dengar, katanya sinetron yang bakal tayang buat besok, take gambarnya itu biasanya satu hari sebelumnya. Woow..

Kelima, kalau di film layar lebar Denias ada semboyan ‘belajar bisa dimana saja’, maka sekarang muncul semboyan baru. ‘Nonton sinetron bisa dimana saja’. Waktu itu saya ke swalayan buat beli beberapa kebutuhan sehari – hari. Dan apa yang saya liat? Ada Ibu – Ibu yang seriusnya minta ampun nonton sinetron lewat TV yang dipajang buat dijual dan lumayan bikin macet jalur swalayan.

Ketika ditegur, Ibu itu cuma bilang, ‘Maaf Pak, seru sekali. Saya keasyikan’.

Itulah uneg – uneg saya tentang sinetron. Semua orang memang mungkin punya pendapat yang berbeda – beda. Satu lagi ketakutan saya, apa jadinya kalau semua tayangan TV didominasi sinetron? Tidak ada pilihan lain misalnya. Akan banyak dampaknya, salah satunya buat Ibu – Ibu hamil mungkin. Saya khawatir nanti ketika anaknya lahir, palingan dikasih nama Fitri, Farel, Nikita Willy, atau Amirah. Karena Ibunya adalah seorang sinetroners.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar