Jumat, 15 April 2011

Saya sudah hampir lupa ini hari keberapa, tapi sebaiknya memang tidak saya ingat. Saya takut kami berdua terlalu larut dalam kesedihan. Saya takut tidak ada hari – hari biasa selanjutnya. Walaupun memang, saya rasa tidak ada lagi hari – hari biasa. Tidak ada lagi yang kasih selamat pagi, tidak ada lagi yang ingatkan sarapan, tidak ada lagi ucapan semangat ngantor, makan siang bersama, salim setelah sholat, makan malam sama – sama sampai ucapan selamat tidur.

Mungkin kalo di film – film, inilah klimaksnya. Rasanya seperti setengah mati membuat bangunan dari kartu remi, terus pas sudah hampir jadi, seketika hancur karena bersin yang sudah tidak bisa ditahan.

Tuhan sudah tau jalan hamba-Nya masing – masing. Tidak perlu panik ketika kehilangan, pastikan saja dia baik – baik saja. Pastikan dia selalu tersenyum, walau siapa tahu senyum itu bukan untukmu. Selalulah berdoa didekatkan dengannya. Selalulah bersiap mengawasinya, ketika ia hampir jatuh. Selalulah siap mengantarnya pulang, ketika ia tersesat. Selalulah membuatnya tertawa, ketika air matanya tak berhenti mengalir.

Tidak ada alasan untuk tidak selalu seperti ini. Masih banyak yang harus dipelajari, dan dipahami. Dan dimengerti.

“Disini ku menggenggam takdir di tanganku. Aku coba menahan tak menangisimu, di bait pertama”
(sheila on 7, 'bait pertama')


Be super, Namira Fakhrainy :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar