Begitu tahu saya lulus S2, buru-buru saya selesaikan semua
nazar saya ; Pertama, puasa Senin-Kamis selama dua minggu. Selesai. Kedua,
potong rambut super pendek, juga selesai. Ketiga, ziarah kuburan Almarhum
Opaku. Ini yang punya cerita panjang.
Mama ku itu anak pertama, jadi otomatis saya cucu pertama
dari Opaku. Opaku namanya Prof. DR. H. Samin Radjik Nur, S.H, orang Gorontalo
asli. Beliau punya dedikasi tinggi di bidang hukum dan adat istiadat Gorontalo.
Pernah juga jadi Dekan di FH UNHAS.
Saya kurang ingat jelas bagaimana masa-masa indah sebagai
cucu pertamanya Opa, satu hal yang saya tahu kalau Opa sayang sekali sama saya.
Saya masih terlalu kecil untuk mengingat bagaimana sayangnya beliau (yang
sebenarnya tidak perlu diragukan lagi) sama saya. Atas dasar itu, saya harus
ziarah kuburnya beliau.
Tibalah di ‘Petualangan Memburu Tiket Murah’
Yak, iseng cari di internet, ternyata dapat tiket yang
lumayan murah ke Gorontalo, pake Garuda Indonesia pula (postingan ini tidak
disponsori secara langsung).Berhubung ada teman yang juga kerja disana, saya
juga bisa blocking seat paling depan dekat jendela. Thanks Miko!!
![]() |
Dapat blocking seat keren dari servis teman angkatan. Yiha! |
Saya berangkat hari Jumat, 3 Agustus dan sudah harus kembali
Minggu, 5 Agustus. Terlalu cepat memang.Tapi saya sudah harus ngantor hari
Senin. Ini lagi sudah bolos hari Jumat. Saya cuma tiga hari disana, tapi barang
bawaan sampe 22kg. Karena banyak titipan memang. Disana saya menginap di rumah
Tante daerah Pentadio.
Hari pertama
Berangkat jam 11.50 siang, tiba pukul 12.45, dijemput sama
Sepupuku. Saya tidak tahu Gorontalo itu banyak berubah atau tidak. Terakhir
kesini itu 2002. Dan saya sudah lupa betul
Gorontalo itu dulu bagaimana. Disana saya rencana mau tinggal di rumah
Tante, dengan tiga sepupu saya Rizky, Reza, dan Randy.
Sampai di rumah Tante, saya cuma datang taruh tas, salaman,
langsung ke kuburan Opa yang jaraknya hanya sekitar 200m. Air mata saya tumpah.
Nisan yang besar dengan goresan emas itu satu-satunya yang kuingat di kota ini.
Menjadi satu-satunya tujuanku juga. Tujuan utama. Waktu beliau meninggal, saya
belum tau apa-apa. Saya cuma bisa datang dan bilang ‘Opa, datang mka. Maaf baru
bisa datang sekarang’. Nisannya yang agak kotor sedikit kubasuh dengan air yang
dibawa dari rumah Tante. Saya cuma bisa menangis sambil berdoa dalam hati.
![]() |
Setelah 11 tahun akhirnya kita ketemu lagi, Opa. |
Dari situ saya istirahat lagi di rumah Tante, saya masih mau
ziarah ke tujuan berikutnya. Kuburan Nenek asuh saya. Dulu, saya dirawat sama
perempuan yang setidaknya menggantikan peran Mama ku yang sibuk kerja. Oma Keno
namanya. Beliau merawat saya sampai umur 3 tahun. Dia juga dikuburkan di
Gorontalo, tapi daerahnya lumayan jauh, di Batu Da’a. Berhubung tidak ada
kendaraan, kami rental mobil, yang ikut Tante sama dua adik sepupu saya, Randy
dan Reza. Murah gan, disini rental mobil 100ribuan sudah bisa dipake jalan 4-5
jam. Tiba di Batu Da’a, kebanyakan keluarganya sudah lupa letak kuburannya. Oma
Keno memang sudah wafat sejak tahun 1993. Memang dikuburkan di pemakaman
keluarga, tapi sudah agak sulit menemukan kuburannya. Rata-rata pekuburan
disini sudah tidak terurus. Tapi kita dibantu salah seorang Bapak, akhirnya
ketemu kuburan Ome Keno. Kuburannya
memang sudah seperti tidak terurus. Hanya ada nisan tua dan rumput di
sekitarnya. Saya sempat bersihkan beberapa rumput, berdoa, pamit, baru pulang.
Nah, dua tujuan utama saya kesini selesai sudah. Sekarang
jalan-jalan. Kita buka puasa di Pujasera, seperti foodcourt begitu. Kita makan
gado-gado. Habis itu belanja deh buat sahur.
![]() |
Ini Oma Keno, orang yang mengasuh saya dulu ;) |
![]() |
Entah bagaimana kondisi kuburan kalo saya datang 5 atau 10 tahun lagi. |
Hari kedua
Habis sahur, saya diajak jalan-jalan sama Randy dan Reza ke
Pentadio Resort, wisata pemandian air panas yang jaraknya sekitar 50 meter dari
rumah. Keren sekali disana. Tapi saya tidak bawa perlengkapan mandi, terus
belum tidur juga, jadi niat mandi air panas ini disimpan saja buat besok.
Siangnya, saya pergi ke beli pesanan Pia Gorontalo sama
Rizky, kakaknya Randy dan Reza yang semalam tidak nginap di rumah. Sempat
ditilang (tapi lolos doong pake berbagai alasan), perjalanan dilanjutkan ke
daerah Pohe. Di Pohe banyak yang keren, salah satunya ada kawasan yang di tiap
rumah menawarkan jasa rebonding. Keren sekali. Baru kali ini saya liat satu
blok rumah 90% menawarkan jasa rebonding. Tapi waktu itu saya buru-buru, jadi
belum sempat difoto. Saya juga sempat jalan-jalan di wisata Pantai Indah Pohe,
keren sekali. Terus dikasih liat Anjungan Tangga 2000. Sebenarnya jumlah tangganya
bukan 2.000, tapi dibikin tahun 2000.
![]() |
Pantai Indah Pohe. Jaket merah itu bukan penjaganya yaa. |
![]() |
Tangga (yang dibikin tahun) 2000 |
Saya sudah janjian sama dua teman angkatan, Feri dan Isty
sama satu senior saya Kak Jamil. Ketiganya asli Gorontalo. Hari itu rencananya
kita berempat mau buka bareng. Tapi saya bingung mau naik apa kesana. Untung
ada Kak Oni, Kakak sepupu saya yang
datang bawa mobil buat dipake jalan-jalan. Wah thanks sekali Kak Oni. Berhubung
kemarin Rizky kemarin tidak ikut buka bareng, hari ini dia lagi yang saya ajak.
Kita buka puasa dan ngabuburit di Mall Gorontalo, restoran
Cabe Merah. Disana sudah ada Feri menunggu, disambut Isty dan Kak Jamil. Kita
cerita soal banyak hal, termasuk bagaimana prospek masa depan di Gorontalo.
Selesai dari situ, Saya sama Feri jalan ke rumah Isty. Cerita-cerita, baru
pulang.
![]() |
Calisto7 cabang Gorontalo :D |
Saya balik kerumah buat jemput Adek dan orang tuanya Rizky.
Berhubung ini malam terkahir saya di Gorontalo, saya diajak keliling-keliling
sama mereka. Termasuk ke rumah sepupu saya yang lain, Kak Aco (yang jemput saya
di bandara kemarin), sampe ke Pasar Senggol.
Hari ketiga
Habis Subuh, saya sukses memenuhi hasrat mandi air panas di
Pentadio Resort. Ditemani tiga sepupu saya, kita cuma bisa mandi di level
‘hangat’, belum bisa mandi di level ‘panas’. Cuma mandi 20 menit, takut puasa makruh,
kita pulang.
Habis packing, ternyata Kakaknya Kak Oni, Kak Wiwin datang
bawa tambahan pia. Sebelum pulang, saya pamit dulu di kuburan Opa. Cuma mau
bilang terima kasih, dan berjanji sekuat tenaga bakal kembali kesini.
Siangnya, pesawat Garuda Indonesia sudah mengudara. Jauh
kembali ke Makassar. Sambil berjanji dalam hati bakal kesini lagi.
Postingan ini saya bikin di malam ke-21 Ramadhan. 15 Tahun lalu, tepat di malam ke-21 Ramadhan, saya resmi kehilangan panutan, idola, dan orang yang paling bahagia setelah kelahiran saya sebagai cucu pertamanya.
I'm proud to be your grandchild, Grandpa. Doakan cucumu ini bisa sepertimu kelak.