Kamis, 09 Agustus 2012

Malam ke-21 Ramadhan 15 Tahun Yang Lalu.


Begitu tahu saya lulus S2, buru-buru saya selesaikan semua nazar saya ; Pertama, puasa Senin-Kamis selama dua minggu. Selesai. Kedua, potong rambut super pendek, juga selesai. Ketiga, ziarah kuburan Almarhum Opaku. Ini yang punya cerita panjang.

Mama ku itu anak pertama, jadi otomatis saya cucu pertama dari Opaku. Opaku namanya Prof. DR. H. Samin Radjik Nur, S.H, orang Gorontalo asli. Beliau punya dedikasi tinggi di bidang hukum dan adat istiadat Gorontalo. Pernah juga jadi Dekan di FH UNHAS.

Saya kurang ingat jelas bagaimana masa-masa indah sebagai cucu pertamanya Opa, satu hal yang saya tahu kalau Opa sayang sekali sama saya. Saya masih terlalu kecil untuk mengingat bagaimana sayangnya beliau (yang sebenarnya tidak perlu diragukan lagi) sama saya. Atas dasar itu, saya harus ziarah kuburnya beliau.
Tibalah di ‘Petualangan Memburu Tiket Murah’

Yak, iseng cari di internet, ternyata dapat tiket yang lumayan murah ke Gorontalo, pake Garuda Indonesia pula (postingan ini tidak disponsori secara langsung).Berhubung ada teman yang juga kerja disana, saya juga bisa blocking seat paling depan dekat jendela. Thanks Miko!!

Dapat blocking seat keren dari servis teman angkatan. Yiha!

Saya berangkat hari Jumat, 3 Agustus dan sudah harus kembali Minggu, 5 Agustus. Terlalu cepat memang.Tapi saya sudah harus ngantor hari Senin. Ini lagi sudah bolos hari Jumat. Saya cuma tiga hari disana, tapi barang bawaan sampe 22kg. Karena banyak titipan memang. Disana saya menginap di rumah Tante daerah Pentadio.

Hari pertama

Berangkat jam 11.50 siang, tiba pukul 12.45, dijemput sama Sepupuku. Saya tidak tahu Gorontalo itu banyak berubah atau tidak. Terakhir kesini itu 2002. Dan saya sudah lupa betul  Gorontalo itu dulu bagaimana.  Disana saya rencana mau tinggal di rumah Tante, dengan tiga sepupu saya Rizky, Reza, dan Randy.
Sampai di rumah Tante, saya cuma datang taruh tas, salaman, langsung ke kuburan Opa yang jaraknya hanya sekitar 200m. Air mata saya tumpah. Nisan yang besar dengan goresan emas itu satu-satunya yang kuingat di kota ini. Menjadi satu-satunya tujuanku juga. Tujuan utama. Waktu beliau meninggal, saya belum tau apa-apa. Saya cuma bisa datang dan bilang ‘Opa, datang mka. Maaf baru bisa datang sekarang’. Nisannya yang agak kotor sedikit kubasuh dengan air yang dibawa dari rumah Tante. Saya cuma bisa menangis sambil berdoa dalam hati.

Setelah 11 tahun akhirnya kita ketemu lagi, Opa.

Dari situ saya istirahat lagi di rumah Tante, saya masih mau ziarah ke tujuan berikutnya. Kuburan Nenek asuh saya. Dulu, saya dirawat sama perempuan yang setidaknya menggantikan peran Mama ku yang sibuk kerja. Oma Keno namanya. Beliau merawat saya sampai umur 3 tahun. Dia juga dikuburkan di Gorontalo, tapi daerahnya lumayan jauh, di Batu Da’a. Berhubung tidak ada kendaraan, kami rental mobil, yang ikut Tante sama dua adik sepupu saya, Randy dan Reza. Murah gan, disini rental mobil 100ribuan sudah bisa dipake jalan 4-5 jam. Tiba di Batu Da’a, kebanyakan keluarganya sudah lupa letak kuburannya. Oma Keno memang sudah wafat sejak tahun 1993. Memang dikuburkan di pemakaman keluarga, tapi sudah agak sulit menemukan kuburannya. Rata-rata pekuburan disini sudah tidak terurus. Tapi kita dibantu salah seorang Bapak, akhirnya ketemu kuburan Ome Keno.  Kuburannya memang sudah seperti tidak terurus. Hanya ada nisan tua dan rumput di sekitarnya. Saya sempat bersihkan beberapa rumput, berdoa, pamit, baru pulang.
Nah, dua tujuan utama saya kesini selesai sudah. Sekarang jalan-jalan. Kita buka puasa di Pujasera, seperti foodcourt begitu. Kita makan gado-gado. Habis itu belanja deh buat sahur.

Ini Oma Keno, orang yang mengasuh saya dulu ;)

Entah bagaimana kondisi kuburan kalo saya datang 5 atau 10 tahun lagi.


Hari kedua

Habis sahur, saya diajak jalan-jalan sama Randy dan Reza ke Pentadio Resort, wisata pemandian air panas yang jaraknya sekitar 50 meter dari rumah. Keren sekali disana. Tapi saya tidak bawa perlengkapan mandi, terus belum tidur juga, jadi niat mandi air panas ini disimpan saja buat besok.



Siangnya, saya pergi ke beli pesanan Pia Gorontalo sama Rizky, kakaknya Randy dan Reza yang semalam tidak nginap di rumah. Sempat ditilang (tapi lolos doong pake berbagai alasan), perjalanan dilanjutkan ke daerah Pohe. Di Pohe banyak yang keren, salah satunya ada kawasan yang di tiap rumah menawarkan jasa rebonding. Keren sekali. Baru kali ini saya liat satu blok rumah 90% menawarkan jasa rebonding. Tapi waktu itu saya buru-buru, jadi belum sempat difoto. Saya juga sempat jalan-jalan di wisata Pantai Indah Pohe, keren sekali. Terus dikasih liat Anjungan Tangga 2000. Sebenarnya jumlah tangganya bukan 2.000, tapi dibikin tahun 2000.

Pantai Indah Pohe. Jaket merah itu bukan penjaganya yaa.

Tangga (yang dibikin tahun) 2000

Saya sudah janjian sama dua teman angkatan, Feri dan Isty sama satu senior saya Kak Jamil. Ketiganya asli Gorontalo. Hari itu rencananya kita berempat mau buka bareng. Tapi saya bingung mau naik apa kesana. Untung ada Kak Oni, Kakak sepupu saya  yang datang bawa mobil buat dipake jalan-jalan. Wah thanks sekali Kak Oni. Berhubung kemarin Rizky kemarin tidak ikut buka bareng, hari ini dia lagi yang saya ajak.
Kita buka puasa dan ngabuburit di Mall Gorontalo, restoran Cabe Merah. Disana sudah ada Feri menunggu, disambut Isty dan Kak Jamil. Kita cerita soal banyak hal, termasuk bagaimana prospek masa depan di Gorontalo. Selesai dari situ, Saya sama Feri jalan ke rumah Isty. Cerita-cerita, baru pulang.

Calisto7 cabang Gorontalo :D

Saya balik kerumah buat jemput Adek dan orang tuanya Rizky. Berhubung ini malam terkahir saya di Gorontalo, saya diajak keliling-keliling sama mereka. Termasuk ke rumah sepupu saya yang lain, Kak Aco (yang jemput saya di bandara kemarin), sampe ke Pasar Senggol.

Hari ketiga

Habis Subuh, saya sukses memenuhi hasrat mandi air panas di Pentadio Resort. Ditemani tiga sepupu saya, kita cuma bisa mandi di level ‘hangat’, belum bisa mandi di level ‘panas’. Cuma mandi 20 menit, takut puasa makruh, kita pulang.






Habis packing, ternyata Kakaknya Kak Oni, Kak Wiwin datang bawa tambahan pia. Sebelum pulang, saya pamit dulu di kuburan Opa. Cuma mau bilang terima kasih, dan berjanji sekuat tenaga bakal kembali kesini.
Siangnya, pesawat Garuda Indonesia sudah mengudara. Jauh kembali ke Makassar. Sambil berjanji dalam hati bakal kesini lagi.





Postingan ini saya bikin di malam ke-21 Ramadhan. 15 Tahun lalu, tepat di malam ke-21 Ramadhan, saya resmi kehilangan panutan, idola, dan orang yang paling bahagia setelah kelahiran saya sebagai cucu pertamanya.
I'm proud to be your grandchild, Grandpa. Doakan cucumu ini bisa sepertimu kelak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar