Selasa, 07 Februari 2012

"Bekerjalah, Supaya Kau Tidak Dipandang Enteng Orang"

Satu kata yang paling saya ingat dari Maceku itu adalah “Bekerjalah, supaya kau tidak dipandang enteng orang”. Kata itu terus terniang di kepalaku, apalagi semenjak empat huruf baru bertambah di belakang namaku. Ditambah lagi, ada istilah yang bilang, kalo julukan Sarjana itu Cuma bertahan seminggu setelah kita wisuda. Selebihnya, kita layak dan harus bersabar dipanggil Pengangguran.

Jujur, sebenarnya orang tua saya tidak menuntut terlalu banyak supaya saya cari kerja setelah sarjana. Tapi saya punya banyak pertimbangan. Selain jobless, saya juga bosan. Iya, bosan bangun siang, bosan melihat kemejaku tidak pernah terpakai, bahkan labelnya masih ada. Bosan bangun dan melihat rubrik olahraga di koran, kemudian ke kampus dari sore sampai maam, disorientasi, dan seterusnya. Begitu tiap hari. Seterusnya.

Sampai akhirnya, saya memutuskan untuk cari kerja. Saya harus dapat kerja. Harus.

Biasanya, tiap bangun saya langsung baca koran, mulai dari rubrik olahraganya. Kali ini tidak, saya sedikit berkreasi dengan bergerak beberapa halaman ke belakang. Ke kolom lowongan kerja. Beberapa minggu sudah saya lewatkan dengan mencari beberapa lowongan kerja yang sesuai dengan minat dan bakat saya. Mulai dari Public Relation, Desainer Grafis, sampe jadi shopkeeper distro.

Dari ketiga pekerjaan yang saya mau diatas itu (sebenarnya empat, sama pelawak. Tapi kayaknya OVJ tidak buka audisi), saya paling mau kerja jadi desainer grafis, karena menurut saya, Cuma ini yang bisa jadi satu-satunya yang lumayan saya kuasai. Kebanyakan lowongan yang saya dapat membutuhkan desainer grafis yang kemudian bekerja di bidang digital printing. Pekerjaan yang hampir sama saya lakukan tahun lalu. Saya mau cari yang lebih baru sedikit. Jujur. Tekanan, deadline, dan jam masuk kantor betul-betul bikin saya sedikit kapok kerja di digital printing. Salah sedikit saja bisa bahaya, pemirsa. Sekali lagi saya tekankan, kalo saya cari kerja, bukan demi uang. Menurut saya, uang itu tidak seberapa dengan bagaimana kita menikmati pekerjaan kita. Jadi menurut saya, sekecil apapun gaji kita, tapi kalau pekerjaannya dinikmati, dikuasai, dan ditekuni dengan baik, uang bakal jadi nomer dua. Kan banyak orang yang jadi stress, resign, bahkan tobat kerja di posisi tersebut lagi. Itu karena kita tidak betul-betul menikmati pekerjaan, karena di kepala kita cuma ada ‘uang, uang, uang’.

Sampai akhirnya, saya dapat lowongan di salah satu radio bertema Jazz yang sedang mencari divisi kreatdi. Syaratnya : Berpengalaman di desain grafis dan pernah terjun langsung di event. Hari itu juga, CV, lamaran, dan berbagai berkas kuurus dan kubawa besok paginya ke tempat yang dialamatkan.

Saya sempat hopeless setelah seminggu lamaran saya tidak direspon. Tapi pas lagi bawa Vargitz (motor saya) servis, saya dapat sms untuk datang tes pertama disana. Kalo bisa salto, mungkin saya sudah salto.

Besoknya, sampai sana ada 11 orang yang juga melamar. Nyali sudah pasti ciut pemirsa. Namun lucunya, Cuma saya yang mendaftar di Kreatif, mereka semua mau jadi penyiar. Kami melalui empat tahap tes, dari tes tulis, wawancara, tanya jawab, sampai taking vocal (saya juga heran kenapa desainer grafis juga harus take vocal). Tapi saya ikut prosedur saja. Mau tau hasilnya? Saya diterima, pemirsa. Alhamduu?? Lillaaahh..

Saya diterima dengan lima teman lainnya. Dua dari mereka adalah teman angkatan saya, jadi lumayan tidak canggung karena setidaknya saya tidak sendiri. Kami yang diterima ada Rani, Nunu, dan Taufan yang diplot jadi penyiar, Odiel yang jadi reporter, Icha yang jadi produser, dan saya yang jadi desain kreatif. Nunu dan Icha itu teman angkatan saya.

Kami mulai masuk di tanggal 1 Februari 2012 kemarin. Kami mulai dijelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Ternyata setelah dijelaskan, pekerjaan saya banyak, pemirsa. Selain mendesain, saya juga diamanahkan untuk meng-update situs kantor, memegang akun twitter, membuat majalah 3-4 bulan sekali, bikin materi iklan, dan sekali-sekali bisa diplot menjadi penyiar. Superb.

Tapi semua itu saya syukuri, terlepas dari pekerjaan yang kelihatannya bakal berta, tapi sekali lagi. Semua ini akan sebisa mungkin saya nikmati. Enaknya lagi, disini kita masuk jam 9, pulang jam 5 sore, kalo ada keperluan bisa dapat toleransi keluar kantor. Dan Sabtu liburrrr. Beuuh kurang apa coba?

Itu mungkin sedikit cerita tentang bagaimana usahaku membuang kebosanan. Disini, saya bakal berusaha sebaik mungkin. Menikmati dan mencintai pekerjaanku, sambil terus jadi lebih baik. Wah mungkin karena tempat kerja saya adalah radio segmentasi orang dewasa, jadi postingan saya kali ini agak sedikit lebih dewasa sepertinya. Tsaaah.

The new crews : Opan, Odiel, Rani, Nunu, Icha, and Me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar