Ma, selamat ulang tahun. Jujur, aku benci hari ulang
tahunmu.
Aku benci Karena tahu, kau makin tua. Aku benci kalau tahu, makin
banyak helai uban di rambutmu. Tapi manusia memang begitu kan, Ma?
Ma, selamat ulang tahun. Maaf tidak ada yang spesial dariku.
Maaf hanya buku (lagi) yang kuberikan padamu. Tapi aku berani sumpah, dan kau
boleh tanya sendiri ke Tuhan, seberapa sering aku meminta Tuhan menjagamu di
akhir dzikir shalatku.
Ma, tetaplah tersenyum. Aku selalu jatuh cinta saat melihatmu tersenyum.
Tetaplah
mengklakson mobilmu untuk menandakan kami harus buka pagar dan mengambil tas
kerjamu dari mobil.
Tetaplah tawarkan punggung tanganmu untuk kucium sebelum
berangkat kerja (itupun kalau kau belum lebih dulu berangkat ke kantor).
Tetaplah
bertanya ‘Pulang mko nak?’ setiap selesai kau jawab salamku saat sampai
dirumah
Tetaplah setia mendengarkan cerita tentang hari-hari yang baru saja
kulewati.
Tetaplah tersenyum saat aku melawak.
Tetaplah mengangguk saat
kuceritakan sesuatu yang baru saja kau tahu.
Setelah semua aktivitas
melelahkan, tidurlah. Tak perlu menungguku karena kadang ada yang membuatku
tertahan hingga larut di luar rumah.
Tapi Ma, tetaplah masuk ke kamarku di tengah malam, melihat apakah aku benar-benar terjaga dari tidurku atau tidak.
Dan tetaplah membuka pintu kamarku di subuh hari, hanya untuk menandakan bahwa kau telah bangun sembari menyinggungku untuk bangun dan mendirikan sholat subuh yang sudah terlalu terlambat.
Ma, jangan jauhkan telapak kakimu dariku, karena disitulah surgaku.
Ma, selamat ulang tahun, walaupun aku benci hari ulang
tahunmu. Sebenci aku melihatmu bersedih, termenung bakan menangis dengan semua
beban di kepalamu.
Ijinkan aku menemani air matamu, seperti bagaimana setiamu
menjagaku dari kenakalan, minuman keras, asap rokok, narkoba, dan berbagai hal
yang tidak baik di dunia ini, walau terkadang kau memang tak sanggup menangani
ini, bahkan kadang kenakalan yang kucari sendiri.
Tetaplah marah saat aku
salah, agar aku tahu engkau masih memperhatianku.
Tetaplah bertanya, ‘Kenapa
belum pulang?’ saat malam sudah tak mampu kau tolerir.
Tetaplah jadi perempuan
yang paling kusayang, Ma. Perempuan yang selalu kudoakan.
Perempuan yang paling
kucari setelah pulang kerumah.
Perempuan yang mampu membuatku bersikeras tidak
berpetualang terlalu jauh dari rumah.
Itu karena aku menyayangimu, Ma. Bukan
hanya karena kau ulang tahun. Walaupun aku tak pernah se-lebay ini.
Selamat ulang tahun, Mama. Walaupun sebenarnya aku benci
hari ulang tahunmu. Demi Allah, aku selalu sayang padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar